Judul: Huru-Hara Akhir Zaman (Penjelasan Terakhir untuk Umat Islam)
Penulis: Amin Muhammad Jamaludin
Bahasa: Indonesia/terjemahan
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: viii + 144 Halaman
Berat Buku: 240 g
Penerbit: Aqwam
Tahun: Cetakan Ketiga - September 2003
Kondisi: Cukup (Buku BEKAS/Kondisi fisik sesuai foto)
Goodreads rating: 4.25
goodreads.com/book/show/5053018-huru-hara-akhir-zaman

Harga: Rp. 20.000,-HABIS

Sinopsis

Terdapat halaman yang bekas terkena air. LIHAT FOTO
Banyak buku bercerita tanda-tanda hari kiamat, namun yang mencoba menghubungkan dengan realitas kehidupan tergolong langka. Apalagi, realitas dimaksud akrab dengan keseharian kita. Buku ini termasuk salahs atu dari buku langka tersebut.

Penulis mencoba menghubungkan fenomena-fenomena yang akrab dengan keseharian kita sebagai pertanda akhir zaman, seperti, fenomena invasi Irak ke Kuwait, perang Teluk, embargo terhadap Irak, Saddam Husein, munculnya Taliban dengan panji-panji hita, dan gempuran Amerika Serikat terhadap Afghanistan juga Irak. Karenanya buku ini tidak hanya aktual, bahkan membuat kita sebagai bagian dari obyek yang dibicarakan.

Dasar kesimpulan penulis adalah hadits dan atsar. Tentu teks hadits dan atsar tidak secara langsung berbicara fenomena di atas, melainkan telah dibentuk melalui sebentuk ijtihad penerapan teks ke dalam realitas, yang bisa benar atau salah. Karenanya, apa yang tertuang dalam buku ini adalah semacam “usulan” penulis yang relatif, dan tidak bersifat absolut.

Topik-topik besar dalam buku ini berasal dari hadits shahih, seperti Ihwal Al-Mahdi, Ar-Rayatus-Sud (bendera hitam), dan Jaisyul-Khasaf (tentara yang dibenamkan). Namun demikian, penulis banyak menggunakan riwayat-riwayat dhaif (lemah) untuk memperoleh deskripsi lebih rinci tentang hal-hal di atas. Selanjutnya, deskripsi dari riwayat-riwayat dhaif tersebut cukup mendominasi dasar kesimpulan penulis. Karenanya, sulit menjadikan buku ini sebagai dasar akidah, melainkan menjadi semacam informasi (khabar) yang bisa benar, juga bisa keliru.

Membaca-tanda-tanda akhir zaman, tidak semestinya menumbuhkan sikap fatalis dan malas beramal, karena setiap muslim diwajibkan beramal dan bukan menunggu, termasuk menunggu Al-Mahdi. Bukankah Rasulullah bersabda, “Kendatipun kiamat akan terjadi, sedang di tangan seseorang dari kalian ada benih kurma, maka jika ia mampu menanam sebelum Kiamat meletus, hendaklah ia menanamnya.” (Bukhari)