Penulis: Piers Paul Read
Bahasa: Indonesia/terjemahan
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: xiv + 394 Halaman
Berat Buku: 390 g
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun: Cetakan Ketiga, Juni 2008
Kondisi: Bagus (Buku Bekas/Kondisi fisik sesuai foto)
Harga: Rp. 40.000,- (SOLD OUT)
EDISI Bahasa Inggris Alive
Sinopsis
Pada tanggal 12 Oktober 1972, sebuah pesawat angkatan udara Uruguay yang terbang membawa tim pemain rugby jatuh di salah satu puncak Pegunungan Andes yang dingin dan terpencil. Sepuluh minggu kemudian, hanya enam belas dari empat puluh lima orang penumpang yang ditemukan dalam keadaan hidup.
Ini adalah kisah tentang 72 hari di neraka salju yang mereka habiskan di badan pesawat, tanpa makanan dan harapan untuk ditolong. Para korban yang selamat saling melindungi dan menolong, sampai pada sebuah kesimpulan yang menyesakkan. Mereka hadapi hidup dengan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Memakan tubuh teman-temannya yang sudah meninggal.
Dua pemuda pemberani, tampil menghadapi kekejaman alam dengan mendaki puncak Andes demi mencari pertolongan.
***
"Provokatif dan menarik perhatian...tentang bagaimana manusia bersikap di depan kematian".
-- The Village Voice
EDISI Bahasa Inggris Alive
Sinopsis
Pada tanggal 12 Oktober 1972, sebuah pesawat angkatan udara Uruguay yang terbang membawa tim pemain rugby jatuh di salah satu puncak Pegunungan Andes yang dingin dan terpencil. Sepuluh minggu kemudian, hanya enam belas dari empat puluh lima orang penumpang yang ditemukan dalam keadaan hidup.
Ini adalah kisah tentang 72 hari di neraka salju yang mereka habiskan di badan pesawat, tanpa makanan dan harapan untuk ditolong. Para korban yang selamat saling melindungi dan menolong, sampai pada sebuah kesimpulan yang menyesakkan. Mereka hadapi hidup dengan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Memakan tubuh teman-temannya yang sudah meninggal.
Dua pemuda pemberani, tampil menghadapi kekejaman alam dengan mendaki puncak Andes demi mencari pertolongan.
***
"Provokatif dan menarik perhatian...tentang bagaimana manusia bersikap di depan kematian".
-- The Village Voice
0 comments:
Post a Comment