Bahasa: Indonesia/terjemahan
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: xiv + 326 Halaman
Berat Buku: 280 g
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2009
Kondisi: Bagus (BUKU BEKAS/Kondisi fisik sesuai foto)
Harga: Rp. 30.000,-
Sinopsis
Kisah Seorang Ibu tentang Harapan, Semangat, dan Tekad Cheryl Koenig. Kehidupan Cheryl Koenig berubah selamanya pada hari ketika putranya, Jonathan, yang berusia dua belas tahun mengalami kecelakaan mobil yang mengerikan. Dengan kemungkinan bertahan hidup sangat kecil, Jonathan berada dalam kondisi koma selama enam minggu.
Para dokter meramalkan bahwa seandainya ia bisa sadar, kemungkinan besar ia tidak akan bisa berjalan, berbicara, atau makan lagi. Tetapi Cheryl tidak mau menerima ramalan ini dan bersama suaminya, Robert, memulai upaya tak kenal lelah dan akhirnya berhasil menyelamatkan Jonathan dan membuktikan bahwa profesi medis salah.
Buku Paper Cranes ini bersumber dari buku harian yang ditulis Cheryl selama masa itu untuk menceritakan kisah semangat Jonathan yang luar biasa serta dorongan keluarga Koenig yang tanpa henti untuk menolongnya menentang prediksi yang tidak menyenangkan ini. Dengan latar belakang dukacita, penyangkalan, dan kemarahan Cheryl yang mendalam, buku ini memaparkan pencarian keluarga yang mati-matian akan pengetahuan dalam bidang penyembuhan dari cedera otak traumatis.
Pada saat yang sama, Cheryl dan suaminya dipaksa berurusan dengan pengadilan dan kesengsaraan dalam sistem legal dalam upaya pencarian akan keadilan bagi putra mereka. Sekarang, sepuluh tahun sejak kecelakaan itu terjadi, Jonathan telah menentang segala kemungkinan dan menjalani hidup yang kaya dan memuaskan. Cheryl sangat bangga akan pencapaian putranya dan kini telah menjadi pribadi mengagumkan.
***
Editor’s Note:
Pesan yang bersinar melalui kisah inspiratif dan mengangkat semangat ini adalah bahwa ketekunan, tekad, keluarga dan cinta kasih, hampir semua tantangan bisa dihadapi dan dikalahkan. Jika kita memelihara harapan di hadapan kesulitan, kita semua bisa mencapai apa yang bagi beberapa orang anggap sebagai mimpi yang mustahil.
0 comments:
Post a Comment