Judul: Salah Asuhan
Penulis: Abdoel Moeis
Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: viii, 273 Halaman
Berat Buku: 285 g
Penerbit: PT Balai Pustaka
Tahun: Cetakan Ketiga puluh dua, 2006
Kondisi: Cukup (BUKU BEKAS/Kondisi fisik sesuai foto)
Harga: Rp. 40.000,- HABIS
Sinopsis
SALAH ASUHAN adalah tonggak sastra kontemporer pada zamannya.Ia memiliki tema aneh,dan barangkali dianggap lancang pada saat itu.Bagaimana mungkin seseorang Hanafi yang hanya seorang pribumi,yang notabene adalah kelas rendah untuk pandangan “kelas” yang diterapkan di Hindia Belanda bisa mencintai dan menikah denga perempuan Belanda?
Pertentangan-pertentangan psikologis,pertentangan keyakinan,dimana nilai agama dan nilai-nilai tradisi menjadi persoalan serius (yang membuat tokoh Hanafi dianggap menyimpang),dengan akhir kehidupan tragis yang dialami setiap tokohnya,menjadi novel ini terasa getir dan memilukan…
Endorsement:
Secara tematik, novel Salah Asuhan telah mengalami pergeseran dari novel-novel pendahulunya. Abdoel Moeis, penulisnya, tak lagi mempermasalahkan persoalan adat, tetapi ia menyuguhkan masalah yang lebih besar dari itu: kawin campur antar bangsa. -Helvy Tiana Rosa, anggota Majelis Sastra Asia Tenggara
Novel ini memperlihatkan benturan kebudayaan, yaitu nilai-nilai tradisi dan modern, nilai-nilai Timur dan Barat. Kini ia menemukan relevansi barunya ketika kebudayaan Barat kian nyata menghegemoni kebudayaan kita. -Jamal D. Rahman, pemimpin redaksi Majalah Sastra Horison
Salah Asuhan adalah tonggak sastra kontemporer pada zamannya. Ia memiliki tema aneh, dan barangkali dianggap lancang pada saat itu. Bagaimana mungkin seorang Hanafi yang hanya pribumi, yang notabene adalah kelas rendah untuk pandangan “kelas” yang diterapkan di Hindia Belanda bisa mencintai dan menikah dengan perempuan Belanda? Pertentangan-pertentangan psikologis, pertentangan keyakinan, di mana nilai agama dan nilai-nilai tradisi menjadi persoalan serius (yang membuat tokoh Hanafi dianggap menyimpang), dengan akhir kehidupan tragis yang dialami setiap tokohnya, menjadikan novel ini terasa getir dan memilukan. Inilah potret-potret manusia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang dilukiskan secara telanjang dan cerdas. Sebuah novel yang tetap berharga untuk kembali dibaca. -Joni Ariadinata, sastrawan, redaktur Majalah Sastra Horison
0 comments:
Post a Comment