Judul: Oteba Buku ke 1 dan Buku ke 2 - Tamat
Penulis: Marga T.
Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: Buku ke 1 = 235 Halaman, Buku ke 2 = 262 Halaman
Berat Buku: 280 g
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: Buku 1 Cetakan Kedua September 1987, Buku 2 Cetakan Kedua February 1988
Kondisi: Cukup (BUKU BEKAS/Kondisi fisik sesuai foto)

Harga: Rp. 30.000,- HABIS

Sinopsis

OTEBA Buku ke 1
Tarrr! Tarr! Kaki tangannya terasa dingin. Hatinya berdebar, napasnya nyars terhenti. Cemeti di tangan papa berdesing menderu sementara ibunya terkulai tanpa daya. Perih kesakitan membuatnya menggigil ngeri. Ooooh, cairan merah menyembur dari perut ibunya. Oh ia harus lari! Papa telah melihatnya! Oh ampun, Papa! Jangan! Jangan! Aduh! Dia terjaga. Badanya bersimbah peluh.

“Du, tadi aku menyaksikan Papa mendorr kepalanya. Begini nih lihat! Dorr! Sudah, papa terkapar ke lantai dan mukanya hilang, Du! Penuh darah! Hiii..Hei, kau ngompol! Kasurmu basah. Bu Itaaa!”

Siapakah dia saat ini? Dudu atau Kiki? Betulkan ia telah membunuh Eleta?Karena ia tidak setia? Ya ya semua perempuan cantik yang enggak setia mesti dilenyapkan! Karena itukah dia telah…? Kok bisa dia lupa? Oh tapi ia ingat sesuatu! Ya, bukan dia yang mesti dipenjarakan! Oh! Orang-orang garang itu makin mendekat! Jangan! Oh mereka mau menyiksaku!Oh tolong!


OTEBA Buku ke 2
Dokter Lukas menusuk jarinya, lalu menulis dalam buku hitam. Kishi terpaku kaget. Kenapa dia menulis pakai darah?!

“Biar kesampaian apa yang kutulis!” kata Lukas tersenyum. Apa yang ditulisnya?!
Kishi menggeratak. Buku hitam itu dibukanya. Hmm.. Cuma nama-nama. Kok ditulis dengan darah? Apa maksudnya? Oh mendadak hatinya berdebar kencang. Bukankah itu sebuah nama..Tiba-tiba diluar terdengar langkah kaki. Dengan sigap Kishi melempar kembali buku itu ke tempatnya.

Lukas membuka laci. Buku itu terbalik! Apa yang telah dilakukan Kishi barusan? Hmm perempuan itu berbahaya! Dia harus dilenyapkan segera!

“Kis, ada pasien gawat, datanglah segera”  “Dimana pasiennya?” “Di villaku, terserah kau mau kesana atau tidak. Tapi kalau mau membekuk pembunuh yang sebenarnya, inilah saatnya!”
Telepon diletakkan dan Lukas tertawa terbahak.