Penulis: Tasaro
Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: 448 Halaman
Penerbit: Penerbit Aditera
Tahun: Cetakan Pertama, Januari 2007
Kondisi: Bagus (BUKU BEKAS/buku distaples agar lebih awet dan kuat halamannya/Kondisi fisik sesuai foto)
Harga: Rp. 25.000,- (SOLD OUT / Stock kosong)
Sinopsis Buku
BUKU ini merupakan buku pertama dari trilogi yang berjudul Pitaloka "Cahaya-Mahkota-Nirwana". Buku ini menceritakan konflik 3 pihak, yaitu antara Raja Linggabhuwana dari kerajaan Surawisesa yang beribu kota di Kawali melawan Yaksapurusa, seorang pimpinan atau gembong penjahat yang sangat terkenal dan meresahkan masyarakat, serta kehadiran padepokan baru yang dipimpin oleh orang bijak bernama Candrabhaga.
Dalam novel ini, penulis mengadaptasi dari cerita sejarah tujuh abad silam, Perang Bubat, 1357. Pitaloka adalah anak Raja Linggabhuwana. Ia digambarkan sebagai sosok pendekar wanita dengan kemampuan silat yang tinggi dan memiliki ilmu pedang tanpa nama yang berlandaskan pada ajaran mulia gurunya, Candrabhaga.
Secara terselubung raja memasukkan Pitaloka yang masih berumur sekitar 8 tahun sebagai salah satu murid dengan nama samaran "Sannaha". Selama 4 tahun Sannaha menimba ilmu di sana. Setelah misi tercapai, sang raja menitahkan untuk menutup dan menghancurkan padepokan. Begitu bebas, Candrabhaga dan keluarganya menyingkir ke barat dan menetap di lereng Pangrango.
Konflik antara Raja Linggabhuwana dan Yuksapurusa dipicu oleh penyerbuan pasukan raja ke tempat persembunyian Yaksapurusa. Hal ini menimbulkan dendam di hati pimpinan penjahat tersebut. Bersama 4 pilar utama pembantunya, yaitu anak kandungnya, Purandara (Elang Merah), Datu Tantra (Kuda Putih), Brajagiri (Harimau Emas), dan Ghangga (Merak Hitam), Yaksapurusa senantiasa berupaya mengganggu ketenteraman hidup Raja Linggabhuwana.
Lima tahun setelah terusirnya Candrabhaga dari kota Kawali, Pitaloka yang sudah tumbuh menjadi gadis remaja dengan kemampuan kanuragannya yang semakin hebat dan kecantikannya yang tanpa cela, berangkat menuju lereng Pangrango, tempat Candrabhaga mendirikan padepokan barunya. Baginya, Candrabhaga adalah orang yang sangat dicintai dan dihormatinya. Ketika Raja Linggabhuwana mengirim seribu prajurit untuk menghancurkan kembali padepokan gurunya, Pitaloka pun bergegas menuju lereng Pangrango untuk menyelamatkannya. Namun, sebuah konspirasi keji telah menunggunya. Pitaloka bertekad untuk keluar sebagai pemenang.
Sebuah novel yang menarik untuk dibaca, penuh aksi dan konflik. Sebuah keberanian penulis dalam mengacak-acak realitas dan sejarah. (Pusat Data Redaksi)
Mencengangkan, membuat kita tak bisa berhenti sampai lembar terakhir.
Shahnaz Haque-Ramadhan (artis, presenter)
Mendebarkan, misterius, konspiratif, penuh aksi, kolosal, dan romantis. Pitaloka adalah kombinasi yang "mematikan".
Slamet Parsono (wartawan koran Seputar Indonesia)
Hobi Tasaro mengacak-acak realitas dan membombardirkan "mimpi-mimpinya" sebagai realitas baru terpeta cantik dalam novel ini.
F.S. Kandai (Wartawan Jawa Pos Grup)
DAFTAR ISI
- Lapangan Bubat, 1407 Masehi
- Sebongkah tanah surga jatuh ke muka bumi
- Curahan Hati Purandara terpahat di dinding Gua Taruma
- Nyata adalah Maya, Maya adalah Nyata
- Syair Datu Tantra untuk Sannaha
- Syair Chandrabhaga, diambil dari kitab ajaran mulia
- Akhir menjadi permulaan, Awal menuju keputusan
- Amanat Galunggung
- Prasasti Kawali
- Satu menjadi tujuan, dua menjadi kunci
- Sanghyang Siksakandang Karesian
- Prasasti di Astana Gede
- Tentang Penulis
Tertarik? Hub. Djefi di:
SMS/Whatsapp/Wechat: 081310636383
PIN BB: 2A72EA72
YM: denjefi
Email pesanan: order.buku@aksiku.com
0 comments:
Post a Comment